657 Tahun Seren Taun, Kasepuhan Gelar Alam Tegaskan Pentingnya “Pancer Pangawinan” antara Adat dan Zaman Modern

Advertisement

Cari Blog Ini

Powered By Blogger

Label

Pengikut

Arsip Blog

Wikipedia

Hasil penelusuran

Entri yang Diunggulkan

Rapat Koordinasi Bahas Kelanjutan program Isbath Nikah di Desa Sukamaju

KABAR UPDATE | SUKABUMI - pemerintah Desa Sukamaju menggelar Rapat Koordinasi  bersama panitia dan unsur terkait dalam rangka membahas kelan...

657 Tahun Seren Taun, Kasepuhan Gelar Alam Tegaskan Pentingnya “Pancer Pangawinan” antara Adat dan Zaman Modern

KABAR UPDATE
Rabu, 08 Oktober 2025

 


KABAR UPDATE | SUKABUMI – Juru Bicara Kasepuhan Gelar Alam, Yoyo Lasmana, menjelaskan makna mendalam dari pelaksanaan upacara adat Seren Taun ke-657 yang digelar tahun ini. Menurutnya, Seren Taun bukan sekadar pesta tahunan, melainkan simbol dari siklus kehidupan yang dijalani masyarakat adat, terutama bagi para petani padi.


"Seren Taun merupakan kegiatan tahunan yang menjadi simbol laku hidup masyarakat adat. Ini adalah wujud perjalanan hidup dalam setahun, sebagaimana petani padi yang menanam dan memanen satu kali dalam satu tahun, ujar Yoyo Lasmana.


Ia menjelaskan, dalam tradisi Sunda, istilah “Seren Taun” memiliki makna “serah taun” atau pergantian tahun yang menjadi bagian dari siklus kehidupan. Dimulai dari penanaman padi, panen, nganyaran, popokan, hingga puncaknya pada upacara Seren Taun sebagai bentuk rasa syukur atas hasil bumi.


"Tradisi ini sudah dijalankan selama 657 tahun hingga tahun 2025 ini. Kami hanya melanjutkan amanat leluhur agar adat ini tidak hilang dan tetap menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kasepuhan," tambahnya.


Lebih lanjut, Yoyo menegaskan bahwa pelestarian tradisi ini tidak dapat dipisahkan dari kemajuan zaman. Menurutnya, masyarakat adat perlu menyeimbangkan antara nilai-nilai tradisional dan penggunaan perangkat modern.


"Media sosial dan teknologi informasi kini menjadi penyerta tradisi. Keduanya harus berjalan seimbang. Harapan para sesepuh adalah agar semua pihak dapat melihat dua sisi keseimbangan  seperti kanan dan kiri, barat dan timur, modern dan tradisi  sehingga kehidupan tetap stabil dan terhindar dari perpecahan," ungkapnya.


Yoyo juga menyoroti pentingnya konsep “pancer pangawinan”, yaitu penyatuan dua sisi kehidupan antara modernitas dan tradisi. Ia menilai, generasi muda masa kini harus mampu menguasai ilmu pengetahuan modern tanpa melupakan ilmu warisan leluhur.


"Kami, pancer pangawinan, mengawinkan dua sisi: modern dan tradisi. Anak-anak sekarang hidup di zaman modern, tapi mereka juga pewaris ilmu leluhur. Keduanya harus selaras dan seimbang. Namun, penting untuk diingat, tradisi dan modernitas tidak boleh disatukan secara utuh, karena bisa saling menghancurkan. Keduanya harus berdiri berdampingan dalam harmoni," tuturnya.


Dengan demikian, pelaksanaan Seren Taun bukan hanya menjadi ajang ritual adat, tetapi juga momentum refleksi bagi masyarakat untuk menjaga keseimbangan antara nilai-nilai tradisi leluhur dan perkembangan zaman yang terus berubah.


Jurnalis: Ismet